“Buatan mana, Indonesia ya? Ah, nggak mutu!”
“Indonesia cemen!”
“Hare gene… masih jaman apa buatan lokal?”
Pernyataan-pernyataan tersebut mungkin pernah terlintas pada sebagian orang-orang Indonesia. Mereka meremehkan bangsa Indonesia. Mengganggap sebagai bangsa yang cemen. Menganggap sebagai bangsa yang terbelakang. Dan bahkan lebih parah dari itu. Loh, bukannya benar ya? Bukankah bangsa Indonesia memang seperti itu?
Kata siapa?
Korupsi, tawuran, sepakbola ricuh, ketidakdisiplinan, kemacetan, dan seabrek lainnya nggak pernah selesai-selesai tuh! Malahan menjadi budaya baru di negeri tercinta ini.
Eits, tunggu dulu… jangan pesimis gitu. Memang benar sih, Indonesia memang banyak permasalahannya. Baik dari segi politik maupun hal2 lainnya. Indonesia banyak kekurangannya. Tapi… apa harus kita jadi terperangkap atas kekurangan-kekurangan itu dan malah jadi memojokkan bangsa sendiri? Nggak! Seharusnya kekurangan itu kita lihat sebagai ‘kritikan’ yang membangun dengan mencari solusinya, bukan sebagai ‘cemoohan’ yang akhirnya malah memojokkan bangsa sendiri. Dan… sadar atau nggak sadar, sebenarnya kita ini bisa lebih maju daripada negara lain. Hanya saja kita terlalu merendahkan diri (bukan rendah hati) atas segala kabar baik yang kita terima. Jadinya ya… kita selalu menganggap bahwa Indonesia nggak ada apa-apanya dibanding bangsa luar. Tapi… apa benar begitu?
Nggak! Nggak! Nggak!
Indonesia nggak selamanya seperti itu. Hanya saja kita selaku bangsa pribumi selalu melihatnya dari kacamata yang negatif. Tidak percaya?
Dari segi kualitas manusianya, Indonesia juga nggak kalah bagusnya dibanding negara-negara lain, khususnya yang ada di kawasan Asia Tenggara. Hmm… butuh bukti?
Jauh sebelum kartun Upin & Ipin tayang di Malaysia pada 2007, Indonesia sudah lebih dulu menayangkan kartun “SAHABAT” di Tv7 pada sekitar tahun 2005. Namun mengingat kurang adanya respon dari rakyat pribumi sendiri, kartun itu akhirnya tidak tayang lama. Bernasib sama dengan “SAHABAT”, menyusul kartun yang lain yang berjudul “MAHABARATA”. Kartun ini bercerita tentang kebudayaan Jawa Tengah dan pernah ditayangkan di RCTI setiap Sabtu pagi pada sekitar tahun yang sama. Dan jauh sebelum tahun 2005, ada juga kartun PETUALANGAN KANCIL, PETUALANGAN KANCIL 2, MALIN KUNDANG, dan bahkan TIMUN EMAS yang sama-sama dalam format Vcd (tidak ditayangkan di televisi). Amanatnya pun tak kalah dengan negara-negara kartunis lainnya. Bahkan mengandung filosofi dan wisdom lokal yang amat mempesona. Dan bahkan akhir-akhir ini ada kartun MERAIH MIMPI.
Komik? Indonesia juga tidak kalah dengan Jepang, yah, meskipun tidak sedominan Jepang, setidaknya inilah jati diri bangsa yang diabadikan dalam komik. Sebut saja Sangkuriang (R.A. Kosasih, pada tahun 2000), Rio and The Super Monkey (Y.M. Sudharma, pada tahun 2007), Di Hatimu (pasti) Ada Cerita Cinta (Marsiraji Thahir pada 2006), dan bahkan Seri Penemuan : Penemuan Lokomotif (Dimas Krisna Aditya). Juga yang lainnya.
Dari segi kebudayaan saja sudah banyak. Sebut saja batik, gamelan, angklung, sasando, ondel-ondel, dan bahkan kebudayaan-kebudayaan yang nongol pada lembaran rupiah, itu pun sudah tidak terhitung jumlahnya! Widih…
Loh, bukankah ada juga karya-karya yang tidak berkualitas dan semrawut?
Ya, ya, memang ada! Memang, banyak kekurangan pada kekayaan intelektual tersebut. Khususnya pada film yang bercerita itu-itu mulu. Tapi itu kan tidak semuanya. Sebab ada juga karya-karya yang berkualitas.
Terus, apa negara lain juga tidak seperti itu?
Ya, pasti ada lah kekurangannya. Bahkan SWM pun pernah menemukan film luar yang –aduh…- kok nggak berkualitas begini? Hanya saja karena yang keseringan diekspor ke Indonesia itu yang bagus-bagus, kita jadi selalu beranggapan bahwa SDM negara lain lebih baik daripada SDM lokal. Padahal tidak selamanya lho…
Jadi, jangan salahin pemerintah melulu kalau kita masih kurang maju dibanding negara-negara lainnya. Tapi introspeksi diri sendiri juga, “Sampai kapan kita terus rendah diri?”
Buka matamu. Buka telingamu. Di balik segala kekurangannya, Indonesia juga punya banyak kelebihannya lho... Yah, memang ada yang jelek. Ada juga yang tidak bermutu. Tapi jadikanlah kekayaan intelektual-kekayaan intelektual yang tidak berkualitas tersebut sebagai bahan kritikan agar dapat lebih baik lagi dan carilah solusinya. Dan jangan hanya menghujat saja tanpa mencari solusinya.
Intinya… banggalah jadi bangsa Indonesia! Tapi kalau kamu masih malu, masih rendah diri, plus tidak peduli terhadap bangsa sendiri, silakan, ganti kewarganegaraan saja! Gampang, kan?
(Ditulis oleh : Niadi, Jakarta, 19 Maret 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar